Ikhlas sangat diperlukan di dalam kehidupan sehari-hari.
Ikhlas mempunyai makna mendalam. Ikhlas mungkin memang sangat mudah diucapkan
dengan lisan, namun untuk benar-benar ikhlas dalam segala sesuatu mungkin masih
sulit untuk dilaksanakan. Di dalam artikel di atas dikatakan untuk mencari
ikhlas maka harus dengan ikhlas. Jadi dalam hal apapun, kita sebagai manusia
haruslah selalu merasa ikhlas mulai dari awal. Seperti dalam cerita artikel di
atas, antara Cantraka Sakti dan Cantraka Ikhlas terdapat perbedaan sikap dalam
kaitannya mengenai ikhlas. Cantraka Sakti ketika ditanya tentang persiapan
untuk menghadapi ritual ikhlas, dia menjelaskan apa saja persiapan yang telah
dilakukan selama ini dan yang telah didapatkan di dalam perjalanan hidupnya.
Dari penjelasan Cantraka Sakti, terlihat adanya sifat arogan atau sombong dalam
setiap ucapannya. Hal ini menunjukkan ikhlas itu sendiri belum mampu dilakukan
Cantraka Sakti. Sedangkan Cantraka Ikhlas, di dalam setiap perkataan yang
diucapkannya menunjukkan suatu rasa ikhlas. Sikap ikhlas di dalam menghadapi
segala sesuatu haruslah sedapat mungkin dibudayakan di dalam diri masing-masing
individu.
Rabu, 17 April 2013
Refleksi "Elegi Bagaimana Matematikawan Mengusir Setan?"
Cerita yang amat menarik tentang matematika dikaitkan dengan
aspek religi. Matematika yang mana
merupakan ilmu murni, di dalamnya terdapat materi ataupun teori-teori yang
menarik untuk diuraikan atau dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Banyak
istilah-istilah dalam matematika yang dapat disangkutpautkan dengan aspek
kehidupan manusia. Sebagai contoh seperti pada artikel elegi bagaimana seorang
matematikawan mengusir syaitan di atas. Syaitan selalu menggoda matematikawan,
namun matematikawan dapat menanggapi godaan syaitan itu dengan pemecahan
masalah yang rasional berdasarkan ilmu pengetahuan dalam matematika. Tanggapan
dari matematikawan tersebut juga didasarkan pada pemikiran dan logika di dalam
dirinya yang diikuti adanya teori-teori yang umum yang terdapat dalam matematika.
Sang matematikawan dapat berpikir dengan kritis dalam menanggapi apa saja yang
dilontarkan atau diberikan oleh syaitan. Matematikawan tidak mudah untuk
menyerah ketika syaitan juga pantang menyerah dalam menggoda matematikawan.
Keasyikan sang matematikawan tersebut dalam menanggapi segala godaan syaitan
menjadikan syaitan kelabaan. Hal ini mengumpamakan bahwa segala sesuatu masalah
yang ada, jika di dalam menghadapinya dengan perasaan senang tanpa terpaksa
atau terbebani, maka masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan semuanya.
Langganan:
Postingan (Atom)