Rabu, 17 April 2013

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas I: Informasi awal"


Ikhlas sangat diperlukan di dalam kehidupan sehari-hari. Ikhlas mempunyai makna mendalam. Ikhlas mungkin memang sangat mudah diucapkan dengan lisan, namun untuk benar-benar ikhlas dalam segala sesuatu mungkin masih sulit untuk dilaksanakan. Di dalam artikel di atas dikatakan untuk mencari ikhlas maka harus dengan ikhlas. Jadi dalam hal apapun, kita sebagai manusia haruslah selalu merasa ikhlas mulai dari awal. Seperti dalam cerita artikel di atas, antara Cantraka Sakti dan Cantraka Ikhlas terdapat perbedaan sikap dalam kaitannya mengenai ikhlas. Cantraka Sakti ketika ditanya tentang persiapan untuk menghadapi ritual ikhlas, dia menjelaskan apa saja persiapan yang telah dilakukan selama ini dan yang telah didapatkan di dalam perjalanan hidupnya. Dari penjelasan Cantraka Sakti, terlihat adanya sifat arogan atau sombong dalam setiap ucapannya. Hal ini menunjukkan ikhlas itu sendiri belum mampu dilakukan Cantraka Sakti. Sedangkan Cantraka Ikhlas, di dalam setiap perkataan yang diucapkannya menunjukkan suatu rasa ikhlas. Sikap ikhlas di dalam menghadapi segala sesuatu haruslah sedapat mungkin dibudayakan di dalam diri masing-masing individu.

Refleksi "Elegi Bagaimana Matematikawan Mengusir Setan?"


Cerita yang amat menarik tentang matematika dikaitkan dengan aspek religi.  Matematika yang mana merupakan ilmu murni, di dalamnya terdapat materi ataupun teori-teori yang menarik untuk diuraikan atau dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Banyak istilah-istilah dalam matematika yang dapat disangkutpautkan dengan aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh seperti pada artikel elegi bagaimana seorang matematikawan mengusir syaitan di atas. Syaitan selalu menggoda matematikawan, namun matematikawan dapat menanggapi godaan syaitan itu dengan pemecahan masalah yang rasional berdasarkan ilmu pengetahuan dalam matematika. Tanggapan dari matematikawan tersebut juga didasarkan pada pemikiran dan logika di dalam dirinya yang diikuti adanya teori-teori yang umum yang terdapat dalam matematika. Sang matematikawan dapat berpikir dengan kritis dalam menanggapi apa saja yang dilontarkan atau diberikan oleh syaitan. Matematikawan tidak mudah untuk menyerah ketika syaitan juga pantang menyerah dalam menggoda matematikawan. Keasyikan sang matematikawan tersebut dalam menanggapi segala godaan syaitan menjadikan syaitan kelabaan. Hal ini mengumpamakan bahwa segala sesuatu masalah yang ada, jika di dalam menghadapinya dengan perasaan senang tanpa terpaksa atau terbebani, maka masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan semuanya.