Model pembelajaran yang diterapkan sekolah di Australia berbeda
dengan model pembelajaran tradisional yang sebagian besar masih diterapkan di
Indonesia. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas. Adanya diskusi antara siswa, guru mendampingi dan mengarahkan, serta
memberikan motivasi agar tujuan pembelajaran tercapai. Di dalam kelas juga
disediakan buah segar untuk dimakan oleh siswa. Tidak hanya itu, ada pula
pembelajaran di luar kelas sehingga siswa memperoleh suasana belajar yang
bervariasi dan tidak membosankan. Terdapat portofolio yang digunakan untuk
mencatat aktifitas siswa. Jika di Indonesia orang tua tidak diizinkan untuk
mendampingi anak dalam kegiatan pembelajaran, di Australia orang tua siswa
dapat datang ke kelas untuk membantu kegiatan pembelajaran siswa (anaknya).
Hermeneutics
of Life Theories dapat diartikan bahwa dunia itu terdiri dari lingkaran dan garis lurus. Lingkaran
apabila ditarik garis lurus keluar maka akan menjadi spiral. Setiap titik
spiral mempunyai tiga komponen, yaitu rutin, mendetail, dan semakin membesar. Hal
tersebut menunjukkan hakikat alam semesta atau disebut juga sebagai hakikat
manusia. Metode hermeunetika adalah menerjemahkan dan diterjemahkan. Di
dalam pembelajaran matematika, guru menerjemahkan siswa, dan siswa
menerjemahkan matematika. Di dalam proses kegiatan pembelajaran, harus ada daya
dan usaha, ataupun inisiatif dan kemandirian, serta keberanian untuk berbicara.
Menurut para
ahli Realistic Mathematic, matematika
untuk anak usia SD masih diperbanyak dalam konteks dunia nyata yang ada di
sekitar lingkungannya. Jadi, dimulai dari matematika konkret hingga menuju
tahap matematika formal. Matematika realistik membagi proses pembelajaran
menjadi empat tahap, yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan
matematika formal. Untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam matematika yang
ditujukan kepada anak kecil, digunakan model-model matematika dalam membantu
anak memperoleh pemahaman. Dalam fenomena matematika, apabila siswa
tidak siap mengikuti pembelajaran matematika maka akan timbul menjadi sebuah
bencana. Sedangkan apabila telah mempunyai kesiapan, maka dapat menjadi sebuah
hiburan. Hal ini disebabkan karena matematika adalah diri siswa itu sendiri. Pembelajaran
inovatif dapat didapatkan ketika siswa dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Ilmu itu penting. Ilmu merupakan
gabungan antara logika dengan pengalaman. Dalam hal ini, logika bersifat analitik a priori, sedangkan pengalaman
bersifat sintetik a posteriori. Jadi,
ilmu itu sendiri merupakan sintetik a
priori. Sehingga, dalam kegiatan pembelajaran matematika, guru seharusnya menjadikan
siswa itu sebagai subjek serta pusat pembelajaran. Dengan begitu siswa dapat
mengeksplorasi ide yang ada dalam pikirannya.
Matematika murni ada di dalam
pikiran. Menurut Ebbut and Straker (1995), matematika sekolah terdiri dari mencari
penelusuran pola dan hubungan, kegiatan pemecahan masalah, investigasi, dan komunikasi.
Selanjutnya, dalam mengajarkan matematika, ada tahapan atau tingkatan
penjelasan yang seharusnya dibuat oleh guru yakni dimulai dari dunia nyata,
pembentukan skema, membangun pengetahuan, kemudian formal abstrak. Hal ini agar
siswa mudah memahami dengan proses dan dapat menemukan pemecahan masalah dengan
pengetahuan serta pengalamannya sendiri.
Dimanapun, kapanpun, tentang apapun
dan dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar, setiap orang akan selalu berkaitan
dengan dua hal yaitu
accountability (percaya) dan sustainability
(terus). Dari wawasan yang didapat pada pertemuan kali ini, diperoleh bahwa sistem
pembelajaran di negara Australia ataupun Jepang telah menerapkan sistem
pembelajaran inovatif. Hal ini dapat kita ambil sebagai contoh untuk diterapkan
pada sistem pembelajaran di Indonesia demi kemajuan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar