Dari artikel di atas, dapat diperoleh bahwa permasalahan
matematika sebenarnya terletak pada orang dewasa (guru). Selama ini, sebagian
besar guru selalu memberikan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya kepada
siswa. Siswa cenderung pasif, menerima pembelajaran dari sang guru. Dalam pembelajaran
inovatif, guru merupakan fasilitator untuk siswa, bukan sebagai pusat
pembelajaran matematika, karena siswa sendirilah pusat pembelajaran matematika.
Guru tidak dapat memaksakan kehendaknya agar siswa menyukai matematika. Matematika
merupakan pikiran siswa itu sendiri. Guru harus mampu memfasilitasi siswa dalam
mempelajari matematika, mendampingi, mengarahkan serta memotivasi siswa agar
dapat merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika. Bagaimana
guru bersikap, tentu akan dilihat oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran
matematika, metode yang cocok juga akan menentukan keberhasilan proses
pemebelajaran. Guru tidak hanya menggunakan metode ceramah ataupun demonstrasi,
namun juga metode diskusi dimana siswa tidak hanya pasif menerima materi
pembelajaran. Siswa pun juga dapat mengeksplorasi ide-ide yang ada di dalam
pikiran mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar