Rabu, 20 Maret 2013

Pembelajaran Matematika Kelas 2 SD di Jepang (Refleksi Pertemuan ke-4)


Hakikat matematika menurut Ebbutt dan Straker dibagi menjadi 4 pengertian, yakni matematika adalah kegiatan penelusuran pola atau hubungan, matematika adalah kegiatan problem solving, matematika adalah kegiatan investigasi, dan matematika adalah komunikasi. Hal ini sejalan dengan sistem pembelajaran yang digunakan di negara Jepang. Pembelajaran matematika kelas 2 SD di Jepang telah menerapkannya, dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:
a.    Metode yang digunakan guru adalah pembelajaran inovatif, yaitu siswa dijadikan subjek pembelajaran matematika
b.   Siswa melakukan diskusi dan mencari pemecahan masalah matematika dengan pengetahuan yang dimilikinya
c.    Guru mengarahkan siswa ketika diskusi agar tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai
d.   Guru memberikan suatu dorongan atau motivasi kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran
Dari beberapa indikator di atas, dapat diuraikan kembali untuk lebih jelasnya. Di dalam kegiatan pembelajaran matematika kelas 2 SD di Jepang, terdapat 2 guru yang saling bekerja sama menciptakan suasana belajar yang nyaman untuk siswa. Satu guru berada di depan, dan satu guru di belakang mengawasi kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran. Kelas dikondisikan dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok melakukan diskusi membahas masalah matematika yang diberikan oleh sang guru. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa. Kemudian siswa melakukan kegiatan mencari pola pemecahan masalah matematika yang disajikan guru dengan pemahaman mereka. Guru mengawasi kegiatan diskusi dan memberikan penjelasan ketika siswa mendapatkan kesulitan. Di saat itu juga, guru memberikan suatu bentuk motivasi kepada siswa agar siswa terpacu semangatnya dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Siswa-siswa di Jepang mempunyai minat yang besar terhadap matematika. Dalam kegiatan pembelajaran, rasa ingin tahu siswa begitu besar terlihat dari antusias siswa ketika diskusi memecahkan masalah yang disajikan guru. Tidak hanya itu, keberanian siswa kelas 2 SD di Jepang patut diapresiasi karena dalam menyampaikan pendapatnya siswa tidak merasa malu ataupun takut salah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengemukakan pendapatnya sehingga siswa pun aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika. Proses kegiatan pembelajaran matematika kelas 2 SD di Jepang telah menciptakan komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik. Oleh karena itu, pembelajaran matematika yang nyaman dan menyenangkan untuk siswa pun tercipta.
Dalam kegiatan pembelajaran matematika di Indonesia, sebagian besar guru masih menerapkan sistem pembelajaran tradisional. Siswa masih dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif. Metode diskusi yang diterapkan guru masih belum sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan ke arah yang lebih baik dengan menerapkan ataupun mengambil contoh pembelajaran matematika di Jepang sehingga hakikat matematika sekolah dapat terwujud.

Tidak ada komentar: