Sistem pembelajaran
yang selama ini digunakan sebagian besar guru adalah pembelajaran tradisional,
yaitu pembelajaran satu arah. Pembelajaran ini menggunakan metode ceramah.
Siswa dijadikan obyek yang selalu diberi pengetahuan yang dimiliki oleh sang
guru. Hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dan tidak dapat mengekplorasi ide-ide
yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran matematika
yang menyenangkan tidak dapat dipaksakan oleh guru kepada siswanya, melainkan
hal itu akan tumbuh dengan sendirinya dari dalam diri masing-masing siswa.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju di era globalisasi,
seharusnya pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan metode yang inovatif dan
fleksibel. Proses pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran dua arah yang
lebih banyak melibatkan aktifitas siswa. Guru tidak hanya menerangkan, tetapi
siswa melakukan diskusi tentang materi pembelajaran yang disajikan oleh guru
kemudian menjelaskan hasil pemikiran dan kesimpulan yang telah didapatkannya.
Dalam hal ini, guru
sebaiknya mampu memahami keadaan siswanya yang berbeda satu sama lain. Guru
mampu memberikan perhatiannya ketika mengajar kepada seluruh siswa yang ada di kelas. Kemampuan
memahami yang dimiliki masing-masing siswa mempunyai tingkatan yang
berbeda-beda pula, oleh karena itu guru dituntut untuk dapat bersikap bijak
kepada semua siswanya.
Sudah menjadi rahasia
umum bahwasanya sistem pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah belum
mampu ditinggalkan sepenuhnya oleh sebagian guru di negeri ini. Lalu bagaimana
sistem pembelajaran tradisional dapat berganti menjadi sistem yang inovatif?
Tentu dengan kesadaran dari sang guru, yang mau bergerak, beralih serta mampu
mengubah pola mengajarnya yakni dengan menggunakan berbagai variasi metode
mengajar, penilaian, serta pemanfaatan sumber belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar