Senin, 18 Februari 2013

Refleksi “Elegi Permintaan Si Murid Cerdas Kepada Guru Matematika”



Sistem pembelajaran yang selama ini digunakan sebagian besar guru adalah pembelajaran tradisional, yaitu pembelajaran satu arah. Pembelajaran ini menggunakan metode ceramah. Siswa dijadikan obyek yang selalu diberi pengetahuan yang dimiliki oleh sang guru. Hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dan tidak dapat mengekplorasi ide-ide yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran matematika yang menyenangkan tidak dapat dipaksakan oleh guru kepada siswanya, melainkan hal itu akan tumbuh dengan sendirinya dari dalam diri masing-masing siswa. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju di era globalisasi, seharusnya pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan metode yang inovatif dan fleksibel. Proses pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran dua arah yang lebih banyak melibatkan aktifitas siswa. Guru tidak hanya menerangkan, tetapi siswa melakukan diskusi tentang materi pembelajaran yang disajikan oleh guru kemudian menjelaskan hasil pemikiran dan kesimpulan yang telah didapatkannya.
Dalam hal ini, guru sebaiknya mampu memahami keadaan siswanya yang berbeda satu sama lain. Guru mampu memberikan perhatiannya ketika mengajar kepada  seluruh siswa yang ada di kelas. Kemampuan memahami yang dimiliki masing-masing siswa mempunyai tingkatan yang berbeda-beda pula, oleh karena itu guru dituntut untuk dapat bersikap bijak kepada semua siswanya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwasanya sistem pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah belum mampu ditinggalkan sepenuhnya oleh sebagian guru di negeri ini. Lalu bagaimana sistem pembelajaran tradisional dapat berganti menjadi sistem yang inovatif? Tentu dengan kesadaran dari sang guru, yang mau bergerak, beralih serta mampu mengubah pola mengajarnya yakni dengan menggunakan berbagai variasi metode mengajar, penilaian, serta pemanfaatan sumber belajar.

Tidak ada komentar: