Pembelajaran matematika yang selama ini digunakan
oleh sebagian besar guru di Indonesia adalah sistem pembelajaran tradisional.
Yaitu suatu sistem pembelajaran satu arah yang berpusat pada guru, dimana guru
hanya memberikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa, sehingga siswa
cenderung pasif dan tidak dapat mengeksplorasi ide-ide yang ada di dalam
dirinya. Sistem pembelajaran ini sudah tidak relevan lagi jika diterapkan di
era globalisasi dimana teknologi semakin mengalami kemajuan yang pesat.
Guru
tidak dapat memaksa siswa untuk selalu senang terhadap matematika, karena matematika
tidak lain dan tidak bukan adalah siswa itu sendiri. Tidak mudah untuk menuju
pembelajaran inovatif karena menyangkut budaya dan kebiasaan. Diperlukan suatu
perubahan yang sangat mendasar baik mengenai pemahaman ataupun pengetahuan agar
pembelajaran itu menjadi inovatif. Selama siswa dijadikan sebagai obyek, maka sistem
pembelajaran tidak akan berubah dari sistem tradisional menuju sistem
pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan yang
cocok dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran
inovatif merupakan suatu pembelajaran yang tidak hanya berpedoman pada satu
sumber referensi, tidak hanya berpusat pada guru, namun melibatkan aktifitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika. Siswa tidak hanya diberi
pengetahuan oleh guru, namun siswa juga melakukan diskusi mengenai suatu materi
yang dipelajari bersama temannya. Sebagai contoh, jika penyampaian materi
pelajaran menggunakan suatu alat peraga, maka guru membiarkan siswa memegang
alat peraga tersebut, membahasnya sendiri dengan berdiskusi bersama temannya,
kemudian melakukan penarikan kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi yang
dilakukan.
Adapun masalah dalam
pembelajaran matematika adalah orang dewasa atau guru, karena pikiran dan
persepsi guru itu masih tradisional. Dalam pelaksanaan pembelajaran inovatif, will adalah semangat, suka dan berdoa. Sedangkan
attitude dalam pembelajaran inovatif
adalah bergaul dengan orang-orang yang sama, ataupun bergaul dengan
dosen-dosen.
Fungsi dari seorang
guru seharusnya adalah memfasilitasi
agar siswa dapat menggali kemampuan yang dimilikinya dengan usaha dan
aktifitasnya yang menjadikan siswa tersebut sebagai subyek bukan obyek
pembelajaran. Guru tidak dapat memaksa siswa, namun membiarkan siswa memilih
untuk menyukai matematika itu dengan keinginannya sendiri. Dalam hal
pembelajaran matematika, jika guru tidak mampu melakukan pendekatan terhadap
siswa, sehingga siswa tidak merasa nyaman maka proses pembelajaran juga tidak
akan berjalan sesuai dengan kriteria pembelajaran yang inovatif. Oleah karena
itu diperlukan tindakan guru untuk memulai agar siswa mampu melakukan apersepsi
sebelum pembelajaran memasuki kegiatan inti atau pokok pembelajaran.
Lalu, seperti apa
contoh tindakan yang dapat dilakukan guru untuk mengawali pembelajaran agar
siswa mampu melakukan apersepsi dengan baik?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar