Selasa, 14 Mei 2013

Refleksi "Artikel Populer: Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika"


Pendidikan karakter sekarang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat umum. Pendidikan karakter digalangkan dengan tujuan untuk menciptakan generasi bangsa yang berbudi pekerti luhur. Implementasi dari adanya pendidikan karakter dapat dilakukan dalam mata pelajaran matematika, yakni kegiatan dalam kaitannya dengan niat, sikap, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman matematika, pendidikan matematika, serta pembelajaran matematika. Rasa senang dan ikhlas untuk mempelajari matematika menunjukkan sikap matematika. Pemahaman tentang makna karakter, karakter bangsa, matematika dan pendidikan matematika pada berbagai dimensi diperlukan Karakter pendidikan matematika meliputi karakter guru matematika dan karakter siswa belajar matematika. Pendidikan karakter dalam matematika dapat dilakukan dengan menganggap matematika sebagai kegiatan menelusuri pola-pola, yang kemudian dilanjutkan kegiatan penelitian atau investigasi, kegiatan pemecahan masalah, dan kegiatan komunikasi. Perpaduan antara pendidikan karakter dengan pendidikan matematika merupakan suatu hal yang sangat unik sebagai suatu proses pembelajaran. Pendekatan yang cocok dengan dunia siswa ketika belajar matematika digunakan untuk dapat mengembangkan pendidikan karakter dalam pendidikan matematika.
Oleh karena semua hal yang telah disebutkan di atas, pendidikan karakter yang diterapkan di dalam pendidikan matematika diharapkan dapat mewujudkan generasi bangsa yang unggul yakni dengan senantiasa melakukan inovasi pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. 

Refleksi 'Forum Tanya Jawab 63: Bagaimana Siswa Bisa Menentukan Kurikulum?’


Artikel ‘Forum Tanya Jawab 63: Bagaimana Siswa Bisa Menentukan Kurikulum?’ begitu menginspirasi. Apa yang telah diuraikan di dalam artikel dapat kita jadikan gambaran untuk melakukan perubahan di dalam sistem pendidikan di Indonesia. Di Indonesia, kurikulum diartikan sebagai suatu garis besar rencana implementasi pendidikan yang disusun oleh Pemerintah melalui para pakarnya. Namun di Negara Inggris, kurikulum itu juga dapat diartikan langsung dalam konteks kelas (kurikulum tingkat sekolah) atau hampir seperti RPP. Inggris menganut sistem pendidikan desentralisasi dimana kurikulum itu adalah urusan sekolah masing-masing.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Di Inggris kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan siswanya bahkan siswa-siswa dapat meminta pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Pembelajaran matematika di Inggris menganut pada waktu yang berbeda, berbeda-beda siswa, mempelajari matematika yang berbeda, dengan kecepatan dan kemampuan yang berbeda, dengan hasil yang boleh berbeda pula. Sedangkan di Indonesia, untuk waktu yang sama, berbeda-beda siswa, dituntut mempelajari matematika yang sama, dengan hasil yang harus sama, yaitu sama dengan yang dipikirkan oleh gurunya. Sungguh hal ini sangat bertolak belakang. Di Indonesia siswa masih dijadikan objek pembelajaran, padahal harusnya siswa adalah subjek pembelajaran. Kita hendaknya dapat melakukan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman. LKS sangat penting untuk melayani kebutuhan siswa yang berbeda-beda. LKS itu bukan sekedar kumpulan soal akan tetapi sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan prestasi dengan mengeksplor kemampuan dari diri masing-masing siswa. Semoga sistem pendidikan di Indonesia semakin baik untuk ke depannya dan guru-guru semakin kreatif dan inovatif dalam melakukan kegiatan pembelajaran.



Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 41: Balas Dendam Syaitan Terhadap Matematikawan"


Syaitan selalu saja menggoda manusia. Hal ini karena memang telah ditakdirkan Allah bahwasanya syaitan akan selalu berada di kehidupan manusia. Hendaknya manusia haruslah selalu hati-hati ketika akan berbuat sesuatu. Syaitan tidak ada lelahnya untuk mengarahkan manusia ke jalan yang tidak disukai Allah. Kita sebagai manusia tidaklah boleh memiliki sifat sombong karena manusia bersifat terbatas. Sifat sombong juga membuat manusia menjauh dari jalan Allah. Allah sangat membenci sifat sombong. Ketika manusia telah diliputi kesombongan di dalam dirinya maka syaitan mudah saja merasuk ke dalam diri manusia, baik melalui hati ataupun melalu pikirannya. Seperti apa yang telah disebutkan di dalam artikel bahwasanya “biasa tidak biasa” itu merupakan “tidak biasa”. Seperti berdoa atau tidak berdoa itu merupakan hal yang sangat berbeda. Mempunyai pengaruh yang berbeda pula. Kita hendaknya selalu berdoa kepada Allah agar selalu mendapatkan perlindungannya dari godaan syaitan yang terkutuk. Maha Besar Allah atas segala sesuatu di dunia ini. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berada di jalan yang diridhai-Nya.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 40: Berguru Kepada Imam Al-Ghazali untuk Meningkatkan Kualitas Spiritual (Islam)"


Apabila seseorang ingin Salat dengan khusyu’, maka hendaknya dia membaca Zikir terlebih dulu. Karena dengan berzikir kepada Allah, setiap hati manusia akan tenang. Namun apabila hanya dengan Zikir saja, itu tidak cukup untuk mengusir syaitan. Zikir yang dilakukan kita baru akan efektif jika hati kita bersih dari makanan syaitan. Syaitan hanya bisa masuk ke dalam hati melalui pintu-pintunya dengan membawa penyakit-penyakit hati. Pintu masuk itu adalah penyakit yang sekaligus menghantarkan penyakit hati. Yang dimaksud makanan syaitan tersebut berupa penyakit-penyakit hati. Macam-macam penyakit hati diantaranya: ambisi atau keinginan yang sangat rakus dan hasad, yaitu kedengkian. Yang bisa membawa penyakit hati yaitu marah dan syahwat (dorongan untuk mengejar kenikmatan fisik). Marah merupakan salah satu jalan syaitan. Untuk mengobati rasa marah, dapat dilakukan dengan melakukan shalat. Yakni Salat dengan khusyuk meminta perindungan kepada Allah. Semoga kita senantiasa mendapat rahmat dan hidayah-Nya.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 39: Menggapai Sepi"


Sepi dan ramai adalah dua hal yang saling berlawanan. Kita bisa saja merasakan sepi ketika lingkungan ramai. Namun sebaliknya, kita pun dapat merasakan ramai ketika lingkungan sekitar kita sepi.  Ramai di dalam sepi adalah ketika kita berdoa kepada Allah. Berdoa dengan perasaan setulus hati, berdzikir kepada Allah, dan mengintrospeksi diri dengan memohon ridha-Nya. Menggapai sepi adalah sebenar-benar doa tanpa keakuan. Hal ini karena keakuan menjadikan manusia memiliki rasa sombong di dalam dirinya.  Menggapai sepi dengan berdoa yang mana kita merendah dan tunduk kepada Allah mencurahkan segala isi hati untuk memohon ampunan, perlindungan serta kasih sayang-Nya dengan segala keikhlasan di dalam hati. Semoga kita dapat mendapatkan ridha-Nya.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 38 : Menggapai Pikiran Ikhlas"


Ikhlas adalah rasa tulus dalam melakukan segala sesuatu di dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak mudah untuk benar-benar ikhlas dari dalam hati. Namun hendaknya kita selalu terus berusaha untuk ikhlas dalam menjalani kehidupan yang telah menjadi takdir dari Allah. Semua yang diberikan Allah kepada kita adalah yang terbaik untuk kita. Terkadang harapan kita tak sesuai dengan kenyataan sehingga timbul masalah. Namun jika kita mampu menerapkan rasa ikhlas dari hati, masalah itu tidaklah menjadi beban. Hendaknya kita selalu menjaga hati karena muara ikhlas ada di dalam hati. Dengan kesabaran, ketulusan, dan melakukan sesuatu tanpa adanya prasangka, maka kita dapat mencapai ikhlas itu sendiri. 

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 37: Ketika Pikiranku Tak Berdaya"


Sifat sombong merupakan sifat yang tercela. Sifat ini harus dihindari agar kita tidak terjebak dalam suatu lubang yang salah. Manusia diciptakan dengan perbedaan yang ada antara satu dengan yang lainnya. Terkadang manusia tanpa sadar telah berlaku sombong karena pemikiran ataupun kata-kata yang diucapkannya. Hal ini dikarenakan manusia bersifat terbatas. Oleh karena itu, berpikir kritis hendaknya dilakukan oleh setiap orang dalam berbagai situasi yang ada.
Seperti yang telah disebutkan di dalam artikel di atas, fatamorgana dapat bersemayam di dalam beberapa tempat, yaitu di dalam hati, di dalam pikiran, di luar hati dan di luar pikiran. Dalam kaitannya dengan berdoa, hendaknya kita selalu fokus ketika berdoa. Sejenak tidak memikirkan hal-hal yang tidak berkaitan dengan doa yang sedang kita panjatkan kepada-Nya. Senantiasa diiringi hati yang ikhlas dan khusyuk ketika berdoa. Semoga Allah selalu melindungi dan memudahkan segala urusan.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 36: Menggapai Tidak Risau"


Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Banyak hal yang membuat manusia selalu merasa serba kekurangan di dalam menjalani kehidupannya. Keadaan ini menyebabkan manusia dilanda rasa risau. Banyak hal yang menyebabkan risau di dalam diri manusia. Seperti yang telah disebutkan di dalam artikel di atas, terdapat risau hati, risau miskin, risau lupa, risau tidak punya teman, risau tidak memperoleh pekerjaan, risau bersifat buruk dan reputasi buruk, risau iri hati serta masih banyak lagi. Risau ini merupakan penyakit hati yang dapat melanda siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Risau sebenarnya dapat dihilangkan bukan dengan pikiran logika yang kita miliki, namun lebih kepada jiwa di dalam diri masing-masing individu. Rasa risau yang menghinggapi seseorang mungkin karena kurang bersyukur atas nikmat dan karunia dari Allah. Oleh karena itu hendaknya seseorang senantiasa bersyukur atas apa yang telah didapatkannya atau bersikap qonaah (merasa cukup). Senantiasa berdoa dan meminta perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari segala risau yang dapat mengganggu diri kita.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 35: Cendekia yang ber Nurani"


Setiap manusia diciptakan oleh Allah dengan perbedaan antara satu sama lain. Manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan hal apa yang mereka inginkan. Hal yang dianjurkan di dunia ini adalah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentu semua itu hendaknya diiringi dengan rasa tulus ikhlas di dalam pelaksanaannya. Hal ini guna mendapatkan ridha dari Allah. Keikhlasan seseorang itu tidak dapat dinilai dari diri sendiri. Perlu adanya penilaian dari orang lain. Namun tetap saja terkadang penilaian orang lain itu bersifat subjektif. Dengan demikian, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Kebahagiaan dengan kesedihan, keberhasilan dengan kegagalan, harapan dengan kenyataan, usaha dengan hasil, semua itu beriringan dan selalu terkait. Manusia hanya dapat merencanakan segala sesuatu, namun hanya Allah yang mengizinkan terlaksana atau tidaknya rencana-rencana manusia di bumi ini. Hal ini karena sifat Allah Yang Maha Berkehendak. Di dalam artikel disebutkan bahwa manusia yang terjaga hati dan pikirannya, maka ia memiliki tiga kemampuan, yaitu merasakan, menyadari, memikirkan, dan menjalani fenomena mendatar, meruncing dan mengembang. Hendaknya ketiga kemampuan tersebut dapat kita terapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Tak lupa untuk kita selalu berdoa dan memohon ampun kepada-Nya agar mendapatkan kemudahan dalam menjalani hidup.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 34: Menemukan Ruh"


Dari elegy di atas, diperoleh banyak hal yang bermanfaat. Hati yang bersih akan mendapatkan kebaikan di mana pun juga. Allah Maha Adil atas segala sesuatu. Segala perbuatan kita kelak akan mendapatkan balasan yang setimpal. Seperti yang disebutkan di dalam elegi “hanya dengan sinar mata hatiku pulalah aku mampu memandang sinar wajahmu ya Rasulullah”. Tidak semua orang dapat bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Hanya orang-orang tertentu pilihan Allah saja yang mendapatkan mimpi paling baik itu. Hal ini karena apabila seseorang bermimpi Rasullullah, maka ketika itu dia memang bertemu Rasulullah. Syaitan tidak mampu menyerupai wujud dari Rasullulah. Selain itu, kebersihan hati yang selalu kita jaga akan mengarahkan kita kepada cahaya Illahi. Sebenar-benar sinar mata hati merupakan ruh di dalam diri manusia. Tidak ada yang mengetahui seperti apa ruh itu karena ruh merupakan rahasia Allah. Namun kita hendaklah selalu meyakini segala sesuatu yang menjadi kuasa Allah dan senantiasa bertaqwa kepada Allah agar dimudahkan dalam segala urusan.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhas 33: Doakulah Yang Tersisa"


Rasa khawatir berada diantara batas hati dan pikiran. Maka khawatir dapat datang baik di dalam pikiran maupun dalam hati. Rasa khawatir ada karena dalam melakukan sesuatu diliputi rasa keragu-raguan.
“Jagalah hati jangan kau kotori, Jagalah hati lentera hidup ini”. Berdoa merupakan bentuk ketidakberdayaan hamba kepada Allah. Dimana manusia begitu kecil di hadapan-Nya. Allah adalah tempat kembali paling baik. Mencurahkan segala keluh kesah yang ada di dalam hati dengan berdoa, memohon ampun dan berserah diri kepada Allah agar hati kita selalu bersih.  Manusia hanya dapat berdoa dan berusaha. Apabila doa kita belum juga dikabulkan, tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Setiap doa itu pasti ada jawabannya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang tidak diketahui oleh manusia. Mungkin dalam berdoa kita tidak ikhlas atau berlaku sombong sehingga Allah menunda dikabulkannya doa tersebut. Selalu memperbaiki diri kita dari waktu ke waktu agar kita semakin dekat dengan Allah. Jangan mudah putus asa apabila apa yang kita inginkan belum dapat kita peroleh. Sesungguhnya Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan, karena bisa saja yang kita inginkan itu belum tentu baik untuk kita. Allah memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Semoga kita senantiasa mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya. 

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 32: Mengaji Jalaliyyah dan Jamaliyyah Wujud Allah"


Elegy tersebut mengingatkan kita akan nama-nama Allah dalam Asmaul Husna. Salah satu sifat wajib Allah adalah sifat Wujud yang artinya ada. Walaupun Allah tidak dapat terlihat, namun kita wajib meyakini bahwa Allah senantiasa ada dimana pun manusia berada. Sifat Wujud Allah dapat kita lihat dengan melihat segala bentuk ciptaan-Nya yang ada di muka bumi ini. Walaupun Allah tidak dapat dilihat wujudnya namun terdapat sisi jalaliyah dan jamaliyyah. Pertama melalui jalal-Nya, Allah menunjukkan Kebesaran-Nya, Keagungan-Nya, Kemahaperkasaan-Nya, ketidakdapat-terbantahkan-Nya,  dan kekuatan-Nya. Kedua, melalui jamal-Nya Allah menunjukkan keindahan-Nya. jika Jalal berhubungan dengan zat Allah, maka Jamal berhubungan dengan sifat-sifat Allah. Kita sebagai makhluk-Nya hendaknya mampu menyeimbangkan antara jalaliyyah dan jamaliyyah. Manusia merupakan seorang khalifah di bumi ini yang mempunyai amanah yang besar dari Allah. Akhlak yang mulia adalah akhlak yang meniru dari sifat-sifat Allah. Sebagai makhluk ciptaan-Nya, di dalam hidup ini hendaknya kita senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga kita semakin dekat dengan-Nya dan mendapatkan ridha-Nya.

Refleksi " Elegy Ritual Ikhlas 31: Menggapai Kedamaian"


Menuntut ilmu itu tidak ada batasnya. Menuntut ilmu dilakukan manusia dari semenjak lahir hingga ke liang lahat pada akhirnya. Menuntut ilmu hendaknya kita lakukan dengan ikhlas. Elegi Menggapai Kedamaian mengingatkan kita agar kita tidak memiliki sifat sombong. Orang yang berhenti menunut ilmu dapat dikatakan berperilaku sombong. Sebenar-benar hidup adalah menuntut ilmu. Bahkan ketika kita telah mati, kita masih memerlukan ilmu. Tentu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Semua yang kita lakukan bersumber dari hati. Hati yang baik maka baiklah perilakunya. Begitu pun hati yang buruk maka buruklah segala yang ada pada dirinya. Semoga kita dijauhkan dari hati yang buruk. Senantiasa membersihkan hati kita dan memohon ampun kepada Allah. Semoga dengan ilmu-ilmu yang kita miliki dan selalu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, Allah senantiasa memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada kita.
                                                                                                                  

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 30: Tasyakuran Ketiga (Proyek Syurga) "


Setelah dua elegy sebelumnya, kini Elegi Tasyakuran ketiga membahas mengenai proyek lanjutan, yakni amalan calon penghuni Surga sebagai berikut:
1.      Memperbanyak membaca Al Quran
2.      Terus menerus berdoa
3.      Berpartisipasi dalam melakukan kebaikan (memberikan bantuan)
4.      Berpartisipasi dalam acara-acara keagamaan
5.      Menghidupkan malam-malam yang penting
6.      Membayar khumus yang diwajibkan kepadanya sehingga mensucikan hartanya
7.      Menjalankan semua kewajiban dengan penuh perhatian, kerajinan, dan kecermatan
8.      Tidak boleh bergunjing
Amalan-amalan tersebut apabila senantiasa kita lakukan maka dekatlah kita ke arah Surga Allah. Namun tidak dapat dipungkiri, di dalam kehidupan ini manusia dihadapkan kepada cobaan-cobaan yang terkadang membuat turunnya semangat dalam melakukan kebaikan secara istiqomah. Hidup manusia seperti roda yang berputar. Kadang di bawah dan ada saatnya di atas. Oleh karena itu, hendaknya kita tetap selalu berusaha berlomba-lomba dalam kebaikan, mendekatkan diri kita kepada Allah agar mendapatkan ridha-Nya. Semoga kita menjadi salah satu dari golongan orang-orang yang beruntung.

Refleksi "Elegy Ritual Ikhlas 29: Tasyakuran Ke Dua (Proyek Syurga)"


Lanjutan dari amalan calon penghuni Surga adalah sebagai berikut:
11.      Tidak membongakar aib orang beriman
12.      Selalu mulai dengan salam
13.      Selalu belajar dan bertanya tentang sesuatu yang tidak diketahui
14.      Melakukan Amar Makruf Nahi Munkar
15.      Tidak marah kecuali karena Allah
16.      Tidak menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat
17.      Melakuakan shalat malam
18.      Menjadi teladan dalam akhlak yang terpuji di rumah, di jalan, dan di pekerjaan
19.      Menghadiri majelis dzikir dan majelis husainiyah
20.  Memelihara pandangan dari apa yang diharamkan Allah
21.  Memiliki kecemburuan kepada agamanya dan istrinya
22.  Bagi perempuan memakai hijab secara sempurna, tidak menampakkan selembar rambut pun dengan sengaja dan tidak berhias untuk orang lain selain suaminya.
Semua amalan tersebut terkadang masih saja belum dapat dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Memang benar bahwa syaitan tidak akan ada hentinya untuk menggoda manusia. Manusia tidak ada yang sempurna. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun begitu, hendaknya kita selalu mensyukuri apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Di dalam hidup ini, kita hanya dapat berusaha dan berdoa selalu kepada Allah agar selalu mendapatkan perlindungan dari-Nya. Semoga kita dapat senantiasa memperbaiki diri kita, mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan ridha-Nya dan menjadi salah satu penghuni Surga kelak. Aamiin…

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 28: Tasyakuran Ke Satu (Proyek Syurga)"


Hidup ini adalah sementara. Untuk itu, marilah kita gunakan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah dengan sebaik-baiknya. Kita isi waktu kita dengan kegiatan yang bermanfaat, agar kita kelak tidak menyesal. Ingat lima perkara sebelum lima perkara, yaitu: sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, dan hidup sebelum mati. Senantiasa beribadah, bertaqwa kepada Allah. Karena Allah adalah tempat berpulang kita kelak. Manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada Allah. Di dalam elegi Tasyakuran Ke Satu (Proyek Penghuni Syurga) tersebut disebutkan amalan-amalan calon penghuni surga, yaitu:
1.      Memelihara waktu shalat
2.      Mengahadiri shalat berjamaah
3.      Bertasbih dengan tasbih Azzahra, terutama setelah shalat
4.      Selalu membaca shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya
5.      Selalu beristighfar dan memohonkan ampunan
6.      Selalu berdzikir kepada Allah
7.      Salat-salat sunah harian
8.      Menyambungkan silaturahmi terutama dengan orang tua
9.      Menyesali dosa
10.  Bergaul baik antara suami istri.
Semoga kita dapat mengimplementasikan amalan-amalan calon penghuni Surga tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja amalan-amalan tersebut kita lakukan diiringi rasa ikhlas dari dalam hati. Semoga Allah selalu memberikan ridha-Nya kepada kita, dan kita mampu menjadi salah satu penghuni Surga.

Refleksi "Elegy Ritual Ikhlas 27: Silaturrakhim Para Ikhlas"


Elegi Silaturrakhim Para Ikhlas tersebut mengingatkan kita agar selalu mempererat tali silaturrakhim antar sesama manusia. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala apa yang ada di dunia ini disediakan oleh Allah sebagai bentuk rahmat dari-Nya. Manusia hendaknya selalu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Manusia dalam melakukan segala sesuatu hendaknya senantiasa berusaha dan berdoa kepada Allah dengan ikhlas. Bagi orang yang ikhlas, maka berpikir kritis akan mengikutinya. Silaturakhhim antar sesama dapat mempererat tali persaudaraan dan persahabatan. Begitu juga dengan persatuan dan kesatuan bangsa akan terjaga jika bangsa ini senantiasa mempererat tali silaturrakhim antar sesama anggota masyarakat. Kita tahu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dengan terciptanya persatuan dan kesatuan antar masyarakat maka akan tercipta kehidupan masyarakat yang kondusif, aman, tentram dan damai. Semoga kita selalu mendapatkan ridha Allah agar segala urusan baik di dunia maupun di akhirat dimudahkan oleh-Nya. 

Refleksi " Elegy Ritual Ikhlas 26: Perlombaan Menjunjung Langit"


Elegy Perlombaan menjunjung langit penuh dengan makna. Di dalam elegi tersebut pemenang dalam perlombaan menjunjung langit adalah orang-orang yang selalu mampu ikhlas dan berpikir kritis. Ikhlas atau tidaknya seseorang itu tidak mampu dilihat oleh dirinya sendiri. Yang mampu melihat keikhlasan pada diri seseorang hanyalah Allah. Kritis atau tidaknya seseorang juga tidak mampu dinilai oleh diri sendiri. Orang lain di sekitar lingkungan seseorang dan Allah lah yang mampu menilai kritis atau tidaknya diri seseorang tersebut. Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Elegi tersebut juga mempunyai makna atau pesan agar kita menjauhi sifat sombong, karena sombong tidak disukai oleh Allah. Hendaknya dalam melakukan segala sesuatu kita harus selalu ikhlas agar senantiasa mendapatkan ridho-Nya. Kita dianjurkan untuk selalu menuntut ilmu selama kita hidup. Tentu ilmu yang bermanfaat untuk kita baik di dunia maupun akhirat. Tidak hanya sebatas menuntut ilmu saja, hendaklah kita mengamalkan ilmu-ilmu yang kita dapat di dalam kehidupan sehari-hari. Marilah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan, selalu beribadah kepada Allah agar mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya.

Refleksi " Elegi Ritual Ikhlas 25: Menggapai Diri"


Apa yang kita tanam, ituah yang kita tuai. Jika kita berbuat baik, maka kita akan mendapatkan balasan yang baik. Begitu halnya apabila kita melakukan hal yang buruk, maka kita juga akan mendapatkan balasan yang buruk pula. Sekecil apapun amalan dan perbuatan manusia di dunia ini, kelak pasti akan mendapatkan balasan dari Allah. Untuk itu, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan agar mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya. Apa yang terjadi adalah sesuai dengan prasangka kita.  Manusia tidaklah boleh mempunyai sifat sombong karena Allah membenci sifat tercela tersebut. Kesombongan dapat menutup dan mencegah diri kita untuk mendapatkan ilmu dan hidayah dari Allah. Di dalam melakukan segala sesuatu hendaknya didasari rasa ikhlas. Manusia merupakan tempatnya salah dan lupa. Namun hendaknya kita selalu berusaha memperbaiki diri ke arah kebaikan. Kesempurnaan hanya milik Allah. Marilah kita senantiasa memohon ampun kepada Allah.

Refleksi " Elegi Ritual Ikhlas 24: Menggapai Doa dan Ikhtiar"


Keinginan, harapan dan cita-cita dapat diraih dengan dua hal yang saling terkait yakni berdoa dan berusaha (ikhtiar). Kedua hal tersebut hendaknya saling sinergis. Di dalam berusaha (ikhtiar) diperlukan tenaga, pikiran, perasan, kerja keras, biaya, resiko, pengetahuan, waktu, dan fasilitas. Di dalam berdoa hendaknya kita selalu dengan rasa tulus ikhlas di dalam hati. Doa yang tidak ikhlas dan belum diridhoi Allah maka akan berpengaruh pada terkabul atau tidaknya doa tersebut.
Takdir adalah sebaik-baik peristiwa atau kejadian yang telah terjadi. Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Kuasa atas segala sesuatu di dunia ini. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa kepada Allah atas segala keinginan yang ingin dicapainya. Namun Allahlah yang menentukan atas doa dan usaha yang telah kita lakukan. Manusia boleh merencanakan sesuatu, namun Allah yang menentukan. Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan memberikan apa yang kita inginkan. Hal ini karena terkadang apa yang kita anggap baik ternyata buruk untuk kita. Begitupun sebaliknya, apa yang kita anggap buruk ternyata baik untuk kita. Apabila kita mengalami kegagalan, hendaknya kita tidak putus asa dan menerima segala sesuatu dengan ikhlas dan khusnudzon bahwasanya Allah telah merencanakan suatu hal yang lebih baik untuk kita. Semua akan indah pada waktunya.

Refleksi "Elegy Ritual Ikhlas 23: Menggapai Cinta Illahi"


Sebenar-benar cinta kepada Allah adalah ketika merasa bergetar apabila mendengar nama-Nya, mendengar ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah. Cinta kepada Allah merupakan cinta dalam tingkatan tertinggi. Cinta ini merupakan puncak dari segalanya. Kerinduan, taubat, sabar, dan ikhlas yang ditujukan kepada Allah merupakan cinta kita kepada-Nya. Cinta kepada Allah hendaknya meliputi seluruh jiwa dan raga kita. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya senantiasa kita lakukan untuk menambah keimanan kita dan agar Allah selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Mencintai Allah hendaknya dengan segala ketulusan, bahwa Dialah Yang Maha Wujud dan karena nikmat yang telah Dia berikan kepada kita di dalam hidup ini. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Meningkatkan iman dan taqwa, berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya juga bentuk cinta kita kepada-Nya. Agar kita mampu sebenar-benar mencintai dan dicintai Allah, maka kita harus berusaha menjadi kekasih-Nya. Dengan menjadi kekasih Allah, seseorang pasti akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Semoga kita mampu menggapai cinta Illahi sehingga ridho-Nya selalu mengiringi kita.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 22: Perkelahian Keburukan dan Kebaikan"


Elegi Perkelahian Keburukan dan kebaikan tersebut begitu menarik dan penuh makna. Empat hal yang merupakan kebaikan yaitu: pertama, sifat malu kepada laki-laki itu baik, tetapi sifat malu pada perempuan itu lebih baik; kedua, sifat adil pada setiap orang itu baik, tetapi sikap adil dari seorang pemimpin itu lebih baik; ketiga, orang tua bertaubat itu baik, tetapi orang muda bertaubat itu lebih baik; keempat, sifat pemurah orang kaya itu baik, tetapi sifat pemurah orang miskin itu lebih baik. Kemudian empat hal yang merupakan keburukan yaitu: pertama, dosa yang diperbuat oleh orang muda itu buruk, tetapi dosa yang diperbuat orang tua itu lebih buruk lagi; kedua, sibuk urusan dunia oleh orang bodoh itu buruk, tetapi lebih buruk lagi sibuk urusan dunia oleh orang pintar; ketiga, malas beribadah bagi orang bodoh itu buruk, tetapi lebih buruk lagi malas bagi orang pintar; keempat, sombongnya orang kaya itu buruk, tetapi lebih buruk lagi sombongnya orang miskin.
Kita sebagai manusia hendaknya tidak berperilaku sombong karena segala sesuatu di dunia ini adalah milik Allah, Tuhan semesta alam. Manusia begitu kecil di hadapan Allah. Hendaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah yang selalu mencurahkan rahmat-Nya kepada kita. Kebaikan dan keburukan merupakan dua hal yang sangat kontradiktif. Di dalam artikel keburukan bersikukuh terhadap pendiriannya. Namun pada akhirnya mengaku kalah kepada kebaikan. Allah memerintahkan kita agar berlomba-lomba dalam kebaikan. Manusia memang tidak akan luput dari kesalahan. Namun, hendaknya kita senantiasa berusaha memperbaiki diri kita dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Memohon ampun atas kesalahan yang dilakukan kepada Allah karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun. 

Refleksi "Elegy Ritual Ikhlas 21: Menggapai Ramai"


Elegy Menggapai Ramai tersebut sangat menarik sekali. Di dalam elegy disebutkan bahwa setinggi-tinggi ucapan adalah menyebut nama Tuhan. Ketika menyebut nama Tuhan dengan segenap daya dan upaya, jiwa dan raga maka akan mendengar suara yang ramai membahana luar biasa. Allah Maha Mendengar atas segala sesuatu yang dikatakan oleh manusia. Mendengar entah itu diucapkan dengan keras, lirih, ataupun hanya sebagai kata hati sekalipun. Semua itu dapat didengar oleh Allah. Apa yang ada di dunia ini  semuanya berdzikir kepada Allah, Tuhan semesta alam. Bahkan sel-sel terkecil di dalam tubuh manusia pun bergerak teratur yang menunjukkan bahwa melakukan dzikir kepada-Nya. Manusia hendaknya selalu berdzikir kepada Allah dengan ikhlas. Manusia diciptakan oleh Allah untuk selalu beribadah kepada-Nya. Dzikir dengan ikhlas akan menciptakan kedamaian di dalam hati. Sebaik-baik ucapan adalah ucapan untuk memuji nama Allah. Untuk itu marilah kita selalu berdoa kepada Allah, memohon ampunan dan perlindungan-Nya. Semoga kita senantiasa mendapatkan ridho-Nya agar segala sesuatu yang kita lakukan diberi kemudahan oleh-Nya.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 20: Metafisika Filsafat "


Dari artikel di atas banyak sekali informasi yang didapatkan. Filsafat itu meliputi semuanya yang ada dan yang mungkin ada. Metode yang digunakan untuk menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari adalah metode menterjemahkan dan diterjemahkan. Filsafat merupakan olah pikir manusia. Dalam mempelajari filsafat kita tidak boleh sepotong-potong. Setiap apa yang kita pelajari tentu mempunyai tujuan. Tujuan mempelajari filsafat adalah untuk menjadi saksi. Di dalam elegi juga disebutkan bahwasanya jika kita ingin mengetahui dunia, maka kita hendaknya menengok kembali pikiran kita, diri kita sendiri.

Saya begitu awam mengenai filsafat. Diperlukan pemahaman yang dalam untuk mengerti maksud dari setiap elegi dari Bapak Marsigit. Banyak wawasan baru yang disampaikan di dalam setiap elegi.

Semoga kita senantiasa diberikan kecerdasan pikiran dan hati serta selalu mendapat rahmat dan hidayah dari Allah.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 19: Tak Mampu Memikirkan Kapan Datangnya Kiamat "


Hari kiamat atau hari akhir itu pasti akan terjadi. Kita haruslah meyakininya walaupun kita tidak tahu kapan datangnya hari kiamat dan seperti apa hari kiamat itu. Namun begitu, Allah telah memberikan tanda-tanda akan datangnya hari kiamat yang disebutkan dalam Al-Quran. Iman kepada hari akhir dapat memotivasi kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jika kita meyakini dengan sepenuh hati, kita pasti memikirkan konsekuensinya kelak setiap sikap dan perbuatan yang dilakukan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Karena setiap amal dan perbuatan manuasia sekecil apapun akan mendapatkan balasan dari Allah. Semoga kita senantiasa mendapatkan lindungan-Nya. Aamiin…

Refleksi " Elegi Ritual Ikhlas 18: Menggapai Hati Yang Jernih"


Hati manusia merupakan organ yang amat berpengaruh untuk diri seseorang. Hati ibarat cermin dari diri kita. Seperti yang disebutkan di dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim,
 “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. Jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.”
Apa yang kita lakukan di dalam kehidupan ini tegantung dari niat. Dimana niat itu muaranya adalah di dalam hati setiap insan manusia. Hendaknya kita selalu menjaga hati kita. Jangan mengotori hati, karena dengan hati yang bersih maka Allah akan memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Dengan begitu segala urusan di dalam kehidupan kita dimudahkan oleh-Nya.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 17 : Para Bagawat Berlomba Menjunjung Langit"


Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dari Elegi Ritual Ikhlas 17 : Para Bagawat Berlomba Menjunjung Langit, didapat jika Bagawat merupakan semua orang yang merasa bahwa dirinya memperoleh dan diberi amanah untuk mengemban ilmu. Dari artikel tersebut disampaikan tentang pentingnya sosok pemimpin yang mampu menjalankan amanah yang telah diberikan untuknya. Tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang amanah. Kita hendakya harus mempunyai sikap bertanggung jawab yang tinggi atas apa yang telah diamanahi orang lain kepada kita. Saat ini terlihat kurangnya sosok pemimpin-pemimpin yang amanah dalam negeri kita. Hal ini terlihat dari kasus-kasus yang terjadi di negeri ini seperti kontradiksi, kemunafikan, penyelewengan, korupsi, nepotisme, anomali, dan kong kalingkong. Oleh karena itu kita haruslah mampu setidaknya menjadi pemimpin bagi diri sendiri yang mampu mengendalikan sikap dan cara berpikir kita. Sikap amanah disertai rasa ikhlas dalam hati akan mempunyai manfaat besar untuk masa depan kita, tentu juga untuk kemajuan masa depan bangsa kita di masa yang akan datang. Semoga kita selalu berada di jalan-Nya dan senantiasa mampu bersikap amanah.

Refleksi " Elegi Ritual Ikhlas 16: Menggapai Hamba Bersahaja"


Mengambil beberapa informasi yang disampaikan di dalam artikel Elegi Ritual Ikhlas 16: Menggapai Hamba Bersahaja, dapat disimpulkan bahwa dengan bermujahadah ita akan mempunyai sikap tawadu’, pemurah, mudah bersyukur. Apa yang menjadi jalan hidup disikapi dengan baik dan selalu bijaksana. Bermujahadah itu sendiri berarti melawan hawa nafsu yang tidak baik. Diperlukan niat yang sungguh-sungguh ketika kita bermujahadah. Dengan bermujahadah kita dapat membedakan antara nafsu yang baik dan yang tidak baik.
Manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Manusia sering melakukan kesalahan karena mereka menuruti hawa nafsu. Nafsu yang tidak baik adalah nafsu yang hanya mengikuti haawa nafsunya saja, semuanya serba enak sesuai dengan keinginan. Nafsu yang tidak baik ini dekat sekali dengan sifat sombong, iri, dengki, riya, bakhil, khianat, munafik dan pendusta.
Jika kita telah memiliki pribadi yang tenang, maka dengan begitu kita akan selalu mengingat Allah sehingga kita ingin selalu dekat dengan Allah .Diri yang tenang kemudian menimbulkan kemampuan untuk selalu mengingat Allah SWT sehingga engkau selalu ingin beramal saleh. Semoga kita diberi kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Aamiin…

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 15: Melawan Hawa Nafsu"


Dari elegi ritual ikhlas 15: Melawan hawa nafsu, diperoleh bahwa manusia selama hidupnya haruslah selalu berusaha. Tidak hanya semata-mata sekedar berusaha, namun juga diiringi dengan doa. Di dalam artikel disebutkan bahwasanya metafisik spiritual transenden itu merupakan suatu keadaan interaktif antara ikhtiar dan takdir, dunia akhirat, amal dan ilmu dalam bingkau doa.
Hawa nafsu merupakan penghalang yang paling besar yang menghalangi jalan menuju Allah. Hawa Nafsu merupakan keinginan-keinginan dari dalam diri seseorang. Kita hendaknya selalu berusaha mengendalkan nafsu-nafsu buruk dengan senantiasa ikhlas di hati dan kritis dalam berpikir. Kita hendaknya mampu melawan hawa nafsu minimal yang berasal dari diri kita sendiri. Semoga kita dapat mengendalikan nafsu kita agar dapat terhindar dari dosa sehingga Allah memudahkan segala urusan dan kita selalu berada di jalan-Nya.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 14: Perjuangan Dewi Umaya dan Muhammad Nurikhlas"


Begitu mengesankan Elegi Ritual Ikhlas 14: Perjuangan Dewi Umaya dan Muhammad Nurikhlas di atas. Banyak hal yang dapat kita ambil makna dari percakapan Dewi Umaya, Bagawat Rama dan Muhammmad Nurikhlas. Hubungan antara orang tua dan anak memanglah begitu erat. Begitu besar kasih sayang orang tua terhadap anak. Orang tua telah merawat kita sejak lahir hingga besar. Telah mengorbankan apa yang dimilikinya, baik pikiran, tenaga ataupun harta, demi kebahagiaan anak. Sungguh pengorbanan orang tua itu tak mampu dibalas semuanya oleh anak. Ridha Allah terdapat pada ridha orang tua. Oleh karena itu hendaknya kita senantiasa berbakti kepada orang tua kita. Selalu menyempatkan waktu untuk sekedar berbincang bersama dengan orang tua, menanyakan kabar orang tua ketika memang kita terhalang jarak karena kita sedang menuntut ilmu ataupun bekerja. Kasih sayang anak terhadap orang tua dapat ditunjukkan dengan senantiasa mendoakan orang tua kita agar selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Apabila orang tua jauh dari jalan Allah, hendaknya kita mengingatkan dan mengarahkan menuju jalan-Nya kembali agar orang tua kita selamat di kehidupan kelak. Semoga kita mampu untuk berbakti kepada orang tua, dengan memperlakukan mereka dengan hormat, selalu mendoakan mereka agar kita menjadi anak yang sholeh sehingga kita mendapatkan ridha orang tua sekaligus ridha Allah. Aamiin…

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 13: Memandang Wajah Rasulullah"


Subhanallah… Elegi di atas sungguh menarik dan baik sekali isinya karena banyak pengetahuan yang sangat bermanfaat. Didapat bahwa dalam filsafat terdapat kontradiksi, sedangkan dalam spiritual terdapat karunia. Kontradiksi ditimbulkan karena sifat manusia yang terbatas. Sedangkan Allah SWT menciptakan semua yang ada dan yang mungkin ada dengan tiada kontradiksi sedikitpun. Luar biasa rakhmat Allah bagi yang mampu melihatnya. Luar biasa pula rakhmat dari Allah bagi orang-orang yang mau belajar dan memikirkannya. Setiap muslim pasti menginginkan untuk dapat bertemu dengan Rasulullah. Mengharapkan syafa’atnya kelak di hari akhir ketika seluruh perbuatan dan amalan manusia dimintai pertanggungjawabannya. Rasulullah merupakan uswatun khasanah yakni suri tauladan yang baik. Sikap, perbuatan, perkataan Nabi Muhammad saw. hendaknya kita ikuti, karena sungguh Nabi Muhammad merupakan utusan Allah yang mengajarkan kepada kebaikan kepada seluruh umat.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 12: Wasiat Muhammad Nurikhlas kepada Para Cantraka : Meretas Sejarah Peradaban Manusia"


Dari artikel Elegi Ritual Ikhlas 12: Wasiat Muhammad Nurikhlas kepada Para Cantraka : Meretas Sejarah Peradaban Manusia, didapat berbagai informasi yang begitu bermanfaat untuk diterapkan di dalam kehidupan. Orang yang dapat melihat peluang di dalam setiap kesempatan yang ada kelak masa depannya akan baik atau lebih terarah. Kesempatan itu tidak datang dua kali, oleh karena itu hendaknya kita dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin, yakni dengan berani dalam mengambil keputusan. Tentu pengambilan keputusan ini harus dengan pemikiran akal maupun sesuai dengan hati yang telah kita tetapkan seraya selalu memohon ridha Allah. Pengalaman di dalam hidup yang telah kita lalui hendaknya mampu kita jadikan salah satu acuan guna arah hidup kita menjadi lebih baik. Setiap tindakan hendaknya didasari rasa ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah. 

Refleksi " Elegi Ritual Ikhlas 11: Memahami makna Taubat dan bertobat Nasuhah"


Manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Setiap manusia tidak luput dari suatu kekhilafan baik sengaja ataupun tidak sengaja. Ketika manusia melakukan dosa atau kesalahan kemudian ia menyadari dan memohon ampunan kepada Allah SWT itulah yang dinamakan taubat. Taubat merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya. Seperti artikel di atas, taubat nasuhah adalah memohon ampunan kepada Allah dengan lisan disertai penyesalan sungguh-sungguh di dalam hati terhadap suatu dosa yang telah dilakukan dengan jalan meninggalkan dosa tersebut disertai niat tidak akan mengulanginya lagi. Untuk itu, setiap orang hendaknya selalu merenungkan apa yang telah diperbuat kemudian memperbaiki sikapnya dengan selalu memohon ampunan kepada Allah agar semakin dekat dengan ridha Allah SWT. Dengan begitu segala urusan dapat dimudahkan oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat.

Refleksi "Elegi Ritual IKhlas 10: Bermunajat Kepada Allah SWT"


Subhanallah,,, Artikel Elegi Ritual IKhlas 10: Bermunajat Kepada Allah SWT, mengingatkan saya untuk selalu memohon ampunan kepada Allah atas semua perbuatan yang telah diperbuat di masa lalu. Allah Maha Melihat lagi Maha Mengetahui. Allah mengetahui sekecil apapun perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Di dalam artikel disebutkan bahwasanya tangisan kita sebenarnya menunjukkan suatu kelembutan hati. Sebaik-baik tangisan kita adalah menjadikan tangisan tersebut menjadi dzikir kita kepada Allah. Hendaknya kita selalu merenungkan segala perbuatan yang kita lakukan, dan selalu memohon ampunan kepada Allah dengan ikhlas agar kita mendapatkan ridha dari Allah. Semoga kita dalam menjalani kehidupan ini senantiasa berada di jalan Allah SWT dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 9: Menggapai Keutamaan Dzikir"


Berdzikir dengan ikhlas akan mendekatkan kita dengan Allah SWT. Syetan masuk melalui tiga arah, yaitu tengah-tengah dada, rusuk dan seluruh tubuh dan syetan mengancam manusia terus. Agar kita dijauhkan dari godaan atau hasutan dari syetan, maka dzikir adalah cara yang dapat kita pilih. Dzikir yang didasari dengan rasa ikhlas dapat membuat kita dimudahkan segala urusannya oleh Allah baik urusan di dunia maupun di akhirat. Dengan berdzikir hati senantiasa bersih dan membuat kita tenang serta nyaman di dalam menjalani kehidupan. Semoga dzikir yang dilandasi rasa ikhlas dapat selalu kita terapkan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga Allah senantiasa dekat dengan kita. Aamiin…

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 8: Tata Cara atau Adabnya Orang Berdoa"


Dari artikel Elegi Ritual Ikhlas 8: Tata Cara atau Adabnya Orang Berdoa, didapatkan bahwa doa itu penting dalam melakukan suatu ibadah. Doa adalah bentuk dari ungkapan harapan seseorang mengenai suatu hal. Semua orang tentu dapat melakukan doa. Doa termasuk salah satu ibadah. Dengan berdoa, seseorang dapat mendapatkan suatu keselamatan atau keberuntungan yang tentunya semua itu karena atas izin dari Allah SWT. Berbakti kepada orang tua bisa menjadi salah satu faktor penting terkabulnya doa. Berdoa dengan suara lirih menunjukkan sopan santun dan keikhlasan. Doa yang dilakukan dengan terus menerus dan berkelanjutan dengan merendahkan diri di hadapan Allah akan lebih dekat kepada terkabulnya doa tersebut. Orang yang berdoa dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis Nabi akan lebih mudah dikabulkan daripada orang yang berdoa dengan doa-doa lainnya. Terdapat waktu yang baik untuk berdoa, diantaranya ketika kita sedang sujud, waktu antara adzan dan iqomat dan sepertiga malam terakhir. Kita tidak boleh berdoa dengan kata yang dibuat-buat ataupun dengan suara yang keras karena hal ini melampaui batas dan tidak disukai Allah. Artikel di ataas sungguh sangat bermanfaat jika dipahami dan diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita menjadi orang-orang yang semakin dekat dengan Allah karena doa-doa yang kita panjatkan kepada-Nya didasari rasa tulus ikhlas.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 7: Tanya jawab pertama perihal Hati yang Ikhlas"


Dari artikel Elegi Ritual Ikhlas 7 di atas, diperoleh bahwa tujuan diciptakannya manusia dan makhluk lainya di dunia ini sebenarnya adalah agar senantiasa beribadah kepada Allah. Salah satu hal mendasar agar amalan-amalan atau ibadah kita diterima Allah adalah keikhlasan dari dalam diri individu. Semua makhluk Allah kedudukannya adalah sama. Hal ini karena yang membedakan adalah kualitas ibadahnya, yakni keikhlasan dalam menjalankannya. Setiap perbuatan manusia di dunia ini baik buruknya adalah bergantung pada niat dari orang yang melakukannya. Setiap perbuatan yang dilakukan akan mendapatkan balasan dari Allah. Hal yang menghalangi nilai ikhlas pada seseorang adalah riya (mengerjakan sesuatu karena ingin mendapatkan pujian dari makhluk, bukan semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah). Setiap perbuatan kita hendaknya ditujukan pada tujuan untuk mendapatkan ridha Allah. Dengan begitu nilai ikhlas tersebut akan tercapai.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 6: Cantraka Sakti Berkonsultasi kepada Muhammad Nurikhlas"


Rasa ikhlas didasari semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Di dalam ritual ikhlas yang terpenting adalah mengikuti petunjuk ataupun aturan yang telah diterapkan dengan senantiasa ikhlas tanpa merasa terbebani. Segala sesuatu berkaitan dengan ruang dan waktu. Di dalam kehidupan ini, nilai moral tertinggi adalah komitmen. Memang sulit untuk selalu menjaga komitmen awal. Kita haruslah melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, diiringi dengan sikap yang mampu memilah-milah dalam menentukan prioritas. Dengan begitu, nilai dari ikhlas itu sendiri dapat didapatkan, yakni dengan cara mengatur dan mengolah hati atau perasaan dari diri masing-masing individu. Kita hendaknya berusaha untuk selalu meluruskan niat agar dapat mengimplementasikan nilai ikhlas dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 5: Cantraka Hitam Menguji Ilmu Hitamnya "


Niat utama dalam mengikuti ritual ikhlas adalah untuk memperoleh ridha Allah SWT. Cantraka hitam di dalam artikel di atas pada awalnya adalah orang yang dekat dengan hal yang tidak dibolehkan dalam agama, yaitu berhubungan dengan hal-hal yang dibenci Allah diantaranya syaitan, dan benda-benda yang dianggap keramat. Selain itu Cantraka Hitam memberi bantuan kepada orang yang menginginkan pesugihan, padahal jelas bahwa pesugihan adalah hal yang amat dibenci Allah karena menyekutukan Allah SWT yang kemudian menggantungkan hidup dan matinya terhadap keris pusaka. Namun pada akhirnya Cantraka Hitam mendapatkan hidayah, mengakui kesalahannya dan akhirnya bertaubat kepada Allah. Nama Cantakra Hitam pun berubah menjadi Cantraka Putih. Allah SWT selalu melindungi dan meridhai orang-orang yang berada di jalan yang benar. Taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan senantiasa menjauhi hal yang dilarang Allah tentu akan diterima, karena Allah Maha Pengampun.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 4: Cantraka Sakti belum Ikhlas "


Dari artikel di atas terlihat bahwa Cantraka Awam telah memiliki rasa ikhlas dalam mengikuti ritual ikhlas. Sedangkan Cantraka Sakti belum memiliki rasa ikhlas dikarenakan dia mengikuti ritual ikhlas karena alasan tidak sengaja, hanya ingin mengisi waktu ketika dia sedang tidak disibukkan dengan suatu hal. Cantraka Sakti merasa terbebani dengan aturan yang diterapkan di dalam ritual ikhlas. Cantraka Sakti masih memperlihatkan sikap sombong ketika membanggakan kedudukannya dalam mengenyam pendidikan di luar negeri. Masih banyak hal yang dikeluhkan Cantraka Sakti di dalam menyikapi aturan yang diterapkan di dalam ritual ikhlas. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari cerita tersebut adalah bahwa kita haruslah selalu ikhlas di dalam menjalankan segala sesuatu di kehidupan ini. Kita tidak boleh terlalu merasa bangga dengan prestasi yang telah kita peroleh karena bisa saja akan termasuk dalam rasa sombong dan membuat hilangnya rasa ikhlas.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 3: Persiapan Teknis "


Berdasarkan artikel Elegi Ritual Ikhlas 3: Persiapan Teknis di atas, ditegaskan bahwa kegiatan ritual ikhlas tujuan utamanya adalah menggapai rida Allah SWT. Di dalam ritual ikhlas tidak disediakan fasilitas yang sesuai dengan pangkat dan derajat peserta ritual ikhlas, karena semua orang itu mempunyai kedudukan sama di hadapan Allah kecuali keikhlasan dan amal masing-masing individu. Bekal atau modal dalam mengikuti ritual ikhlas ini hanyalah rasa ikhlas dari masing-masing individu. Semoga rasa ikhlas dapat selalu kita terapkan di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya selalu berusaha untuk memperbaiki niat di dalam menjalankan rutinitas sehari-hari, sehingga apa yang kita lakukan adalah semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Refleksi "Elegi Ritual Ikhlas 2: Persiapan teknis"


Berdasarkan artikel di atas dapat diketahui tentang ritual ikhlas yang di dalamnya mempunyai tujuan bagaimana melaksanakan ibadat yang benar, sesuai dengan tuntunan yang ada. Kegiatan ibadat harus dilandasi dengan memohon ridha kepada Allah SWT. Kegiatan ibadat yang dipelajari di dalam ritual ikhlas diantaranya salat yang benar, mengambil air wudlu yang benar, bersuci yang benar, salat sunah yang benar, salat jamaah yang benar, selanjutnya berdoa dan zikir yang benar. Ritual ikhlas mengajak kita belajar untuk meningkatkan kualitas ibadat. Prinsip keadilan di dalam keikhlasan adalah tidak membeda-bedakan pangkat, derajat, golongan maupun jenis kelamin karena manusia dan makhluk yang diciptakan di dunia ini sama di depan Allah SWT. Oleh sebab itu, Setiap orang dalam mengerjakan sesuatu hal haruslah dilandasi rasa ikhlas.